Senin, 12 Mei 2014


PEMANFAATAN KUNYIT DAN TEMULAWAK DALAM PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AYAM BROILER
Tanaman temulawak dan kunyit termasuk dalam bahan pakan non konvensional yang dapat ditambahkan dan dicampur dalam pakan utama. Penggunaan bahan pakan ini biasanya diberikan pada ternak karena potensi daerah sekitar yang banyak dan untuk memanfaatkan limbah setelah dipisah dengan yang digunakan untuk pangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (2012) yang menyatakan bahwa Bahan pakan unggas non konvensional adalah bahan pakan yang berpotensi digunakan sebagai campuran pakan unggas karena tingkat ketersediaan yang tinggi di berbagai daerah lokal (dalam hal ini di Indonesia), mengandung zat-zat makanan yang diperlukan oleh unggas dan kurang bersaing dalam penggunaan dengan manusia, tetapi belum banyak dimanfaatkan karena tidak tersebar secara merata pada semua daerah atau hanya daerah-daerah tertentu yang memilikinya, kandungan anti nutrisi yang umum dimiliki dan harus diolah terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai bahan pakan unggas.
Hasil penelitian Setyaningsih (1999) menunjukkan bahwa penambahan kurkuminoid temulawak dalam pakan sampai 100mg/kg BB mempengaruhi penurunan konsumsi pakan ayam pedaging, tetapi sebaliknya meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan. Disarankan untuk menggunakan kurkuminoid temulawak dengan dosis 75 mg/kg BB supaya dapat memberikan hasil yang optimal pada ayam pedaging.
Hasil penelitian Boediarso (1996) menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit dalam ransum ayam pedaging sampai taraf 0,6% tidak mempengaruhi konsumsi, berat badan, pertambahan berat badan dan konversi pakan. Sementara itu hasil penelitian Kuntoro (2000) menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kunyit sampai aras 1,2% dalam pakan ayam pedaging ternyata menurunkan jumlah konsumsi dan konversi pakan, tetapi menaikkan pertambahan bobot badan.
Darwis et al. (1991) menyatakan bahwa senyawa kurkuminoid mempunyai khasiat anti bakteri yang dapat meningkatkan proses pencernaan dengan membunuh bakteri yang merugikan serta merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu sehingga dapat memperlancar metabolisme lemak.
Menurut Natarajan dan Lewis (1980) kunyit mempunyai kadar air 60%, protein 8%, karbohidrat 63%, serat kasar 7%, bahan mineral 4%, sehingga dapat digunakan untuk substitusi pakan hewan. Hasil penelitian Agustiana (1996) menyatakan bahwa penggunaan tepung kunyit dalam ransum ayam pedaging sampai taraf 0,6% tidak dapat memberikan perbedaan yang nyata terhadap konsumsi pakan, berat badan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan.
Hal ini diduga terjadi oleh karena kandungan zat kurkuminoid dan minyak atsiri dalam kunyit tidak bisa terabsorpsi secara efektif oleh sel epitelium intestinum, sehingga tidak bisa mempengaruhi metabolisme. Perlu kiranya dilakukan penelitian dengan menggunakan ekstrak kunyit agar diperoleh hasil yang lebih efektif dari manfaat senyawa kurkuminoid dan minyak atsiri dalam kunyit.
Minyak atsiri yang mengontrol asam lambung agar tidak berlebihan dan tidak kekurangan menyebabkan isi lambung tidak terlalu asam, sehingga apabila isi lambung tersebut masuk ke duodenum untuk menurunkan keasaman chyme semakin cepat dalam mengubahnya ke keadaan pH yang sesuai untuk diteruskan ke usus halus untuk diserap (Darwis et al., 1991).
Gambaran Teknologi Inovasi:

Pembuatan ekstrak Temulawak dan Kunyit
Alat Dan Bahan:
-          Blender/Tumbukan                              Temulawak dan Kunyit
-          Pisau                                                     Air
-          Ayakan
-          Saringan












Tidak ada komentar:

Posting Komentar