PEMANFAATAN
KUNYIT DAN TEMULAWAK DALAM PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AYAM BROILER
Tanaman temulawak dan kunyit termasuk
dalam bahan pakan non konvensional yang dapat ditambahkan dan dicampur dalam
pakan utama. Penggunaan bahan pakan ini biasanya diberikan pada ternak karena
potensi daerah sekitar yang banyak dan untuk memanfaatkan limbah setelah
dipisah dengan yang digunakan untuk pangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Widodo (2012) yang menyatakan bahwa Bahan pakan unggas non konvensional adalah
bahan pakan yang berpotensi digunakan sebagai campuran pakan unggas karena
tingkat ketersediaan yang tinggi di berbagai daerah lokal (dalam hal ini di
Indonesia), mengandung zat-zat makanan yang diperlukan oleh unggas dan kurang
bersaing dalam penggunaan dengan manusia, tetapi belum banyak dimanfaatkan
karena tidak tersebar secara merata pada semua daerah atau hanya daerah-daerah
tertentu yang memilikinya, kandungan anti nutrisi yang umum dimiliki dan harus
diolah terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai bahan pakan unggas.
Hasil penelitian Setyaningsih (1999)
menunjukkan bahwa penambahan kurkuminoid temulawak dalam pakan sampai 100mg/kg
BB mempengaruhi penurunan konsumsi pakan ayam pedaging, tetapi sebaliknya
meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan. Disarankan untuk
menggunakan kurkuminoid temulawak dengan dosis 75 mg/kg BB supaya dapat
memberikan hasil yang optimal pada ayam pedaging.
Hasil penelitian Boediarso (1996)
menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit dalam ransum ayam pedaging sampai
taraf 0,6% tidak mempengaruhi konsumsi, berat badan, pertambahan berat badan
dan konversi pakan. Sementara itu hasil penelitian Kuntoro (2000) menunjukkan
bahwa penambahan ekstrak kunyit sampai aras 1,2% dalam pakan ayam pedaging
ternyata menurunkan jumlah konsumsi dan konversi pakan, tetapi menaikkan
pertambahan bobot badan.
Darwis
et al. (1991) menyatakan bahwa senyawa kurkuminoid mempunyai khasiat
anti bakteri yang dapat meningkatkan proses pencernaan dengan membunuh bakteri
yang merugikan serta merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan
cairan empedu sehingga dapat memperlancar metabolisme lemak.
Menurut
Natarajan dan Lewis (1980) kunyit mempunyai kadar air 60%, protein 8%,
karbohidrat 63%, serat kasar 7%, bahan mineral 4%, sehingga dapat digunakan
untuk substitusi pakan hewan. Hasil penelitian Agustiana (1996) menyatakan
bahwa penggunaan tepung kunyit dalam ransum ayam pedaging sampai taraf 0,6%
tidak dapat memberikan perbedaan yang nyata terhadap konsumsi pakan, berat
badan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan.
Hal
ini diduga terjadi oleh karena kandungan zat kurkuminoid dan minyak atsiri
dalam kunyit tidak bisa terabsorpsi secara efektif oleh sel epitelium intestinum,
sehingga tidak bisa mempengaruhi metabolisme. Perlu kiranya dilakukan
penelitian dengan menggunakan ekstrak kunyit agar diperoleh hasil yang lebih
efektif dari manfaat senyawa kurkuminoid dan minyak atsiri dalam kunyit.
Minyak
atsiri yang mengontrol asam lambung agar tidak berlebihan dan tidak kekurangan
menyebabkan isi lambung tidak terlalu asam, sehingga apabila isi lambung
tersebut masuk ke duodenum untuk menurunkan keasaman chyme semakin cepat dalam
mengubahnya ke keadaan pH yang sesuai untuk diteruskan ke usus halus untuk
diserap (Darwis et al., 1991).
Gambaran Teknologi Inovasi:
Gambaran Teknologi Inovasi:
Pembuatan
ekstrak Temulawak dan Kunyit
Alat
Dan Bahan:
-
Blender/Tumbukan Temulawak dan Kunyit
-
Pisau Air
-
Ayakan
-
Saringan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar